TATA TERTIB

Tata Tertib Praktek Herbalis

Berdasarkan  SK Menteri Kesehatan RI No: 1076 / Menkes / SK / VII / 2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional, maka dalam melaksanakan praktek pengobatan Thibbun Nabawi para Herbalis wajib mentaati  tata tertib sebagai berikut  :
1.   Berpegang teguh pada syariat Islam serta berkeyakinan penuh bahwa
       Allah-lah dzat yang maha memberi kesembuhan.
2.   Melakukan bekam berpedoman pada SOP bekam .
3.   Praktek Herbalis harus memiliki STPT atau SIPT.
4.   Praktek  Herbalis harus menyediakan :
a)    Ruang kerja dengan ukuran minimal 2 x 2,50 m2.
b)    Ruang tunggu
c)    Papan nama Herbalis dengan mencantumkan surat terdaftar/ surat
        ijin pengobat tradisional, serta luas maksimal papan 1 x 1,5 m2.
d)    Kamar kecil yang terpisah dari ruang pengobatan.
e)    Penerangan yang baik sehingga dapat membedakan warna dengan
        jelas.
f)     Sarana dan prasarana yang memenuhi persyaratan hygiene dan
        sanitasi.
g)    Ramuan / obat tradisional yang memenuhi persyaratan.
h)    Pencatatan sesuai kebutuhan.
5.   Praktek Herbalis harus memberikan informasi yang jelas dan tepat kepada
       pasien tentang tindakan pengobatan yang akan dilakukannya.
6.   Semua tindakan Praktek Herbalis yang akan dilakukan terhadap pasien
        mendapat persetujuan ( lisan / tertulis ) dari pasien dan / atau
       keluarganya.
7.   Praktek Herbalis dilarang menggunakan peralatan kedokteran dan
       penunjang diagnostik kedokteran.
8.   Praktek Herbalis dapat memberikan :
a)    Obat Herbal yang diproduksi oleh industri obat tradisional (pabrikan)
       yang sudah terdaftar serta memiliki nomor pendaftaran.
b)    Obat  Herbal racikan.
9.   Praktek Herbalis dalam memberikan pelayanan wajib membuat catatan
       status pasien.
10.   Praktek Herbalis dilarang memberikan dan / atau menggunakan obat
         kimia, obat keras, narkotika dan psikotropika serta bahan berbahaya.
11.   Praktek Herbalis dilarang menggunakan obat tradisional yang diproduksi
         oleh industri obat tradisional (pabrikan) yang tidak terdaftar dan obat
         tradisional racikan yang bahan bakunya tidak memenuhi persyaratan
         kesehatan.
12.   Praktek Herbalis wajib melaporkan kegiatannya tiap 4 (empat) bulan
         sekali kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
13.   Laporan tersebut meliputi jumlah dan jenis kelamin pasien, jenis
         penyakit, metode dan cara pengobatannya.
14.   Praktek Herbalis dilarang mempromosikan diri secara berlebihan dan
         memberikan informasi yang menyesatkan. antara lain meliputi :
a)  Penggunaan gelar–gelar tanpa melalui jenjang pendidikan dari sarana
      pendidikan yang terakreditasi;
b)  Menginformasikan bahwa pengobatan tersebut dapat menyembuhkan
      semua penyakit;
c)  Menginformasikan telah memiliki surat terdaftar / surat izin sebagai
      pengobat tradisional yang pada kenyataannya tidak dimilikinya.
15.   Setiap Praktek Herbalis harus mengikuti pendidikan, pelatihan atau
         kursus untuk peningkatan pengetahuan dan ketrampilan keilmuan.
 
 
Tulungagung  29 Mei  2012
Tertanda
Ketua  IHT  Tulungagung
dr.  AGUS  SUCIPTO.
NPA : 001.104.12

Tinggalkan komentar